Kaji Edan

Refleksi Onny Hendro

Saturday, September 30, 2006

Jilbab?

Mumpung bulan Ramadhan, mari sedikit bicara tentang Jilbab yo. Ini diolah dari email saudari Atik...

>>>"...Bung Ony ,aku selalu buka blog njenengan , for sure I love to read it more n more. Cause its simple, honest but deep.Seperti para sastrawan,budayawan , agamawan..tulisane pake bahasa canggih, mbulet ra karu2an .mblegendes intinya sama malah kadang ra enek intine and mboh karepe.

Alhamdulillah. . paling tidak berarti tulisanku sudah ada manfaatnya bagi yang membacanya.. kalo’ masalah ‘simple’.. lha yaa wong saya ngertinya juga cuman dikit jee…hehe..



>>>Beberapa hari lalu temenku yg dari Sudan and Somalia ...told me sambil bawa ALqur'an dan hadistnya , she said that I have to cover my hair.If u know the rules but you are still break it , you just like Bani israil,stuborn. .arrogant etc."pokoknya aku diceramahi panjang lebar ...so and so. Aku cuma bilang ke mereka ..Im not ready yet. mereka udah pake dalil ini dan itu.Yg jelas apapun yg mereka katakan tak seunilpun yg bisa menyentuhku. I know all the rules in Islam.Tapi untuk jilbab aku bener 2x belom siap. Lah kadang isih misuan, Aku lakukan Sholat 5 waktu sejak aku berusia 14 th itupun atas kesadaranku sendiri. Aku juga selalu berusaha membenahi diri to be a good person. Dan aku yakin kepergianku ke US adalah karena Tuhan juga.Supaya bisa melihat dunia yg lain, yg lebih keras dan beraneka.Sekaligus menguji imanku. Amerika is not an easy place to live. For materi ok but for Iman..soooo hard man. so What do you think? Do I have to wear Jilbab disaat aku bener 2x ngga siap?.

(dari Kaji Edan...)
Nah..
Sebenarnya sudah sangat lama aku mau njawab emailmu mbak.. tapi akhirnya setiap kali aku sudah mencet tombol ‘Reply’.. aku mbaca lagi pertanyaan di atas.. aku jadi ragu menyampaikan pendapatku.. dan itu berkali-kali terjadi..

Selain memang tidak gampang menjawabnya, aku juga ragu pada temen2 yang mungkin tidak sependapat dengan pemikiranku. . tapi semalam pas makan sahur aku sempat diskusikan dengan istriku yang kebetulan sdh mengenakan jilbab hampir 10 th sejak kami pulang dr haji pertama.. pada intinya dia mendorong saya untuk menyampaikan pendapat saya, sejauh apa yang saya tahu dan mau..

Jadi kira beginilah pendapat saya..
semalam istri saya bilang bahwa islam tuh agama kasih sayang..
Lha trus kalo’ kalo’ Allah tuh maha pengasih & penyayang..
maka seharusnya tidak boleh ada ‘pemaksaan’ & ‘keterpaksaan’ ,
Lha wong yang namanya kasih sayang… dah gitu Maha pengasih & Maha penyayang ngumpul jadi satu gitu Lho..


Makanya.. atas dasar hal tersebut di atas.. akhirnya saya punya pemikiran bgini..tapi ini sangat subyektif Lho.. sorry kalo’ ada yang ngga setuju..

Coba kita lihat maksud dari Surat an Nur ayat 31 yg menyebutkan:
“Katakan kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.”

Karena saya percaya bahwa dihadapan Allah semua manusia adalah sama.. maka seharusnya sayapun boleh menterjemahkan serta berfikir mentafsirkan ‘Kalimat’ di atas.. yang mungkin berbeda dengan pemikiran para ulama, para kyai… katanya kita sama.. jadi boleh doong..

Masalah Kasih sayang & kesetaraan tadi saya umpamakan begini..
misalnya, Tuhan itu orang tua kita.. di keluarga ada 4 bersaudara, trus ortu kita ngasih tugas yg seragam kepada ke 4 anaknya..

saya pastikan..walau dikerjakan dengan tingkat kesungguhan yang tinggi, akan ada 4 kemungkinan jenis hasilnya.. sebab masing2 anak mempunyai daya serap, daya imaginasi, daya tangkap yang berbeda-beda. .sehingga kalaupun di nilai, pasti akan beda2 pula nilainya.. ada yg nilai 9, 7, 8, atau mungkin nilai 4..

dan saya yakin.. yang nilanya 4 pun tidak akan Beliau bunuh..
bukannya kasih sayang..Maha pengasih..dan Maha penyayang..

jadi maksud saya.. engga’ usah takut2 menterjemahkan tugas & perintahNya. . selama terjemahan kita ke arah positif, trus sudah semaksimal kemampuan pikir kita.. insya Allah Halal...
bukankah ‘Habluminallah’ itu just urusan kita dengan Allah...

jadi menurut saya.. dengan segala kemampuan menterjemahkan yang saya miliki.. Surat an Nur ayat 31 tersebut bukan suatu PERINTAH WAJIB untuk berjilbab.. tapi lebih ke arah memberi ‘tanda-tanda’ kepada kaum hawa yang memang benar-benar merupakan makhluk yang sangat luar biasa di mata saya..

tanda-tanda agar jangan ngliatin cowok terlalu lama..
sebab cowok itu makhluk GR-an..

tanda-tanda agar menjaga kemaluannya. .
ya dari sisi kebersihannya. .
ya dari sisi kesehatannya. .
ya dari sisi keindahannya. .
ya dari sisi kerahasiaannya. .
ya dari sisi ‘penumpangnya’ ..

tanda-tanda agar jangan menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) tampak dari padanya..
ini yang kayaknya harus kita tela’ah.. “PERHIASAN”..

mendengar kata ‘Perhiasan’,
pasti langsung terbayang di benak kita..
sesuatu yang indah,
yg membuat kita tertarik & kadang terbius untuk memilikinya. .
sesuatu yang berkilau,
yg membuat kita silau tapi tetap pengin terus memandangnya. .
sesuatu yang mahal,
yg membuat kita terpesona & mau bayar berapapun..
asal bisa terus bersamanya.. menimangnya. .memilikinya
yg kadang membuat kita lupa menghitung kemampuan kita..

Nah..
Coba mari kita pilih..pilah. .sambil bayangkan..
manakah ‘perhiasan’ milik mbak Atik..
Gelangnya kah..??
Kalungnya kah..??
Giwangnya kah..??
Rambutnya kah..??
Wajahnya kah..??
Pinggulnya kah..??
Atau jempolnya kah..??

Setiap wanita pasti mempunya ‘Perhiasan’ yang berbeda..
Tapi ingat ada kalimat “kecuali yang (biasa) tampak dari padanya..”

Jadi menurut saya..
wajah boleh tampak..
tangan boleh tampak..
jempol kaki..masih boleh..
betis... wiiih buat saya, jangan tampak lah..
Rambut... katanya ‘Mahkota’ nya wanita.. jadi..???

Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya..
“Perhiasan” yang ini sih kayaknya memang harus mutlak ditutupi..
yang ini.. Pasti lebih dari sekedar ‘Perhiasan’..
makanya Allah menggaris bawahi..dan tanpa toleransi..

trus masalah menutup aurat..
menutup rambutnya dengan kerudung..
katanya aurat wanita itu selain wajah dan telapak tangan..
nak aku koq lebih setuju hal itu terjadi pada saat sholat..
pada saat kita menghadap & mengadu kepadaNya..

aku lebih setuju pada banyak hadist yang juga menyantumkan:
kecuali ‘merepotkan’ dan ‘memberatkan’. .
terutama untuk tugasnya atau pekerjaannya. .

dan ada juga beberapa hadist yang mengatakan:
‘demi keperluan’ (talbiyat al-hajah) dan,
‘menghindari kesulitan’ (daf’an li al-haraj)
Adalah dua ungkapan yg berhubungan dgn kehidupan riil manusia, sehingga sangat amat relatif..Akan berbeda dari setiap waktu ke waktu, maupun dari daerah satu dengan daerah lainnya..

Jadi menurut saya..
menutup seluruh badan kecuali wajah & telapak tangan pada saat sholat adalah wajib,lalu menutup aurat pada saat pergaulan adalah wajib..hanya saja..batasan aurat yang memang sepertinya dan ternyata memerlukan pertimbangan2 kemanusiaan dalam segala aspek yang memang pasti selalu berkembang mengikuti jaman..

Lha.. tapi masih menurut saya..
jangan menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada sebaiknya tetap dilaksanakan, lha wong itu perintahNya jee..

meski menurut saya yang utama ‘dada’ jangan ditampak2kan, atau atau di tonjol2kan bahkan kayak mau tumpah gitu lho..

ada baiknya mbak atik mulai coba aja pakai kerudung pada event2 keagamaan, or khusus lainnya.. sambil merasakan apakah merasa nikmat atau malah risih..baru nanti mikir langkah selanjutnya. .

kalo’ saran saya sih dicoba aja dulu..
toh sekarang banyak koq design baju muslim yang simple dan tampak modis...

bahkan ada lho.. sosok wanita cantik yang ternyata pada waktu pengajian mengenakan pakaian muslim yg modis dan tampak menjadi lebiih cantik serta lbh berkharisma. .minimal di mata saya..

hehehe..
selanjutnya terserah anda..


>>>Thanks ya ..keep up date websitenya! I luv to read it more.and salam kenal buat Bu Ony yg maniizz jezz, pinter tenan , kena rayuan pulau kelapanya Ony ..langsung nyiur melambai lambai..
Hehe..

Mmmmmmmmmmmmmmf. .