by Kaji Edan
Biasanya.. karena kalut atau bingung cari duit..
kita terus 'ngawur'.. dan kemudian mencoba semua kemungkinan..
semua prospek dan semua kesempatan yg kita dengar..
Ada orang ngomong bukak bengkel bagus...
kita langsung nyoba bukak bengkel..
Ada orang ngomong usaha besi tua bagus...
kita langsung nyoba usaha besi tua..
Ada orang ngomong nambang pasir bagus...
kita langsung nyoba nambang pasir..
Ada orang ngomong percetakan bagus...
kita langsung nyoba bikin percetakan..
dst.. dst.. dst..
Udah gitu, duit yang dipakaipun duit pinjaman, entah itu pinjam Bank or rentenir..
Alhasil, Usaha gagal.. Utang tambah melilit leher..
(hal hal Itulah yang saya alami selama lebih dari separo waktu 11 tahun masa perjuangan tersebut..)
Padahal, ternyata yang diperlukan adalah:
seharusnya kita benar-benar mengenali dan memahami terlebih dahulu serta menyadari betul-betul 'Siapakah diri kita' tanpa boleh menyangkal & mem-bohongi diri kita sendiri..
Contoh Kasus 1:
Kalo' ada orang Madura diberi secara cuma-cuma sebuah kapal rusak yang masih tambat di Tanjung Priuk.. mungkin, 2 th kemudian si-madura ini akan menjadi kaya raya karena jadi juragan 'Besi Tua'..
Tapi Onny..
kalau mau dan menerima pemberian kapal tersebut.. maka 2 tahun kemudian kira-kira malah punya utang ratusan juta.. yang minimal terdiri dari:
- biaya tambat selama 2 th + denda keterlambatan bayarnya
- biaya gaji penjaga kapal..
- biaya pemotongan kapal + biaya buang bangkainya..
Karena memang.. Tidak Semua Kesempatan Emas adalah Emas buat kita..
Contoh Kasus-2:
Kenal sama nama Pak Tanri Abeng..?? Manager 1 Milyard ..
Manager pualiiing hueeebat yang pernah dimiliki negara kita di masa lalu..
Pada saat itu, semua perusahaan yang mempekerjakan dia selalu jaya, sukses, berprofit luar biasa..
Logikanya.. Tidak mungkin orang sekaliber Tanri Abeng kesusahan untuk meneropong 'Siapakah diri kita sebenarnya..' (ini adalah pandangan saya pada saat dia banting stir untuk melepaskan 'jabatan' Manager 1 M yang telah digenggamnya dan mencoba menjadi 'Pengusaha').
Bahkan dugaan saya.. beliau telah telah melakukan berkali-kali peneropongan terhadap dirinya.. akan tetapi, entah karena factor apa, pada akhirnya beliau memutuskan yang berbeda dari hasil peneropongannya (Mohon Maaf, Pak Tanri, jika analisa saya salah..)
Saya yakin seyakin-yakinnya.. hasil peneropongan beliau saat itu adalah:
Saya adalah seorang KARYAWAN YANG HANDAL..
dan bukan seorang WIRASWASTAWAN..
Pada poin ini tidak berani memastikan bahwa beliau memang 'tidak punya’ gen Wiraswastawan, sebab saya belum pernah membaca biografi beliau.. sehingga 'blank' buat saya untuk masalah Gen beliau..
Saya pikir.. Seharusnya beliau mengerti dan memahami perbedaan mendasar tentang MANAGER 1 Milyard dan WIRASWASTAWAN..
Perbedaan yang sangat amat mendasar adalah sebagai berikut:
(ini hanya menurut pandangan saya lho..)
1. MANAGER 1 Milyard = Karyawan yang Handal.
Jika seseorang berhasil memadukan serta merangkaikan dengan baik dan tepat faktor-faktor Kepandaian, kecermatan, keberanian, pembelajaran, pengalaman serta kerja keras.. maka tidaklah mustahil bagi seseorang untuk menjadi 'Karyawan yang Handal'
'Karyawan yang Handal' pasti akan selalu bekerja, berkiprah dan bermanufer pada rel-rel yang telah dibikin oleh perusahaan. Mereka akan selalu mematuhi rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh perusahaannya. Dan 'Karyawan yang Handal' dalam meng-aktualisasikan kemampuannya selalu dapat berkiprah dengan aman selama berada di dalam pagar-pagar yang telah ditancapkan oleh perusahaan.
2. Wiraswastawan..
Dalam mencapai ‘tujuan’-nya, Wiraswatawan Adalah sosok yang boleh, benar dan halal bekerja tanpa rel, rambu ataupun pagar perusahaannya. Karena memang seharusnya.. dialah yang seharusnya membuat rel, rambu dan pagar bagi perusahaan miliknya.
Kita Kembali ke Tanri Abeng..
Sejauh pengetahuan saya tidak satupun perusahaan yang dibikinnya se-sukses perusahaan yang dia pimpin pada waktu beliau sebagai 'Manager 1 Milyard'
sebab..
(ini juga kembali menurut pandangan saya, dan jika saya ilustrasikan sebagai sebuah 'Perjudian') Pada saat berposisi sebagai 'Karyawan Handal', dengan beraninya beliau akan memasang taruhan 5M di meja perjudian 'jika hanya' pada saat beliau yakini dan pasti sudah dengan memperhatikan, mempertimbangkan, mencermati bahwa beliau tidak melanggar yang namanya rel-rel, rambu-rambu serta pagar-pagar perusahaan.
Sedangkan pada saat berposisi sbg pengusaha.. mungkin beliau lupa bahwa sekarang sudah tidak ada lagi rel, rambu bahkan pagar aman yang telah tersedia.. sehingga akan sering timbul kejadian:
• Kurang berani bertaruh,
sebab "seseorang pasti akan lebih berani mempertaruhkan duit perusahaan (yang notabene kepunyaan orang lain), daripada duit pribadinya" atau..
• Terlalu berani bertaruh,
sebab "Merasa terlalu yakin berani mempertaruhkan duitnya dan merasa pasti menang seperti pada waktu lalu..". padahal sekarang sudah tidak ada lagi rel, rambu bahkan pagar aman yang telah tersedia..
Satu hal lagi hasil refleksiku terhadap perjalanan hidup Pak Tanri:
"Syarat wajib menjadi menteri adalah memiliki ijasah 'Karyawan yang Handal', dan bukan ijasah Pengusaha.."
(Mohon maaf kepada pak Tanri jika kurang berkenan saya tuliskan sebagai contoh..
Saya hanya bisa berharap teman-teman pembaca dapat mengambil hikmah positifnya..
Suwun)